Senin, 12 Januari 2015

Edit

Cahaya Semesta

Source: Gita Atam
2014 berlalu tanpa meninggalkan nyinyiran di blog ini. Tak perlu menyalahkan tahunnya, tapi menyalahkan diri sendiri dirasa lebih tepat. Manusia memang selalu ingin benar, berjuta alasan tak akan pernah habis disampaikan asal ia mampu menyelamatkan mukanya. 

Foto ini indah bukan? entah foto ini diambil saat terbit atau tenggelam, namun mari sama-sama kita sebut matahari terbit. Setiap hari ia terbit dari ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat, tanpa pernah berkata lelah, meskipun terkadang mendung dengan nakal menutupi cahayanya. 

Tanpa ada cahaya matahari pada foto ini, mungkin yang ada hanya kegelapan. Tidak akan ada refleksi atau bayangan yang menambah indah siluet alam semesta. Dan tanpa matahari inipun sang fotografer meski dengan segala kecanggihan tata pencahayaan akan kesusahan mendapatkan momen indah atau ia akan kesusahan saat editting. -semoga saya benar-

Semua warna nampak pada foto, warna kehidupan. Perahu yang sedang berjuang di tengah lautan, manusia yang sedang menghias perjalanan hidupnya, serta ilalang yang bergerak serempak memberikan senyumannya kepada matahari.

Semoga tahun 2015 membuat kita terus meningkatkan derajat kita di mata Sang Pemilik Kehidupan. Jangan pernah berhenti memberikan sinar kepada siapapun dalam hidup kita.

Salemba, 120115, 11:46AM

Rabu, 01 Mei 2013

Edit

sunset vs sunrise

Source: atam hocuspocuz


"apa sih bedanya sunrise dan sunset kalau sudah ada di photo?".. Pertanyaan saya pada seorang photographer yang saya kenal. Dengan enteng dia menjawab "nggak ada". at that times, saya merasa telah dibohongi selama ini.

Sekadar persepsi pribadi saya, karena saya kira setiap momen yang tertangkap kamera akan bisa menceritakan waktunya. Ternyata untuk potret permulaan dan akhir hari yang selalu menjadi moment yang paling dicari setiap photographer handal atau amatir ini menghasilkan gambar yang sama. Komentar saya kali ini bukan bermaksud sinis, hanya menjelaskan ketidaktahuan saya yang akhirnya terjawab.

Namun, memang moment yang satu itu tidak salah bila dinantikan ataupun dicari, karena sang maha pencipta memang tidak salah. Allah sudah sangat indah memberikan sebuah permulaan hari, mengajak kita untuk bisa sesemangat warna jingga mentari, hangat dan membara di siang hari. Kemudian menjelang senja kita diingatkan untuk kembali tenang, lembayung kembali bersembunyi saatnya manusia kembali melakukan refleksi akan diri sendiri.

Tak perlu heran kemanapun manusia pergi dokumentasi akan momen pergantian hari itu selalu menarik untuk diabadikan.

Kamis, 14 Februari 2013

Edit

Menjadi anak-anak (lagi)?

Source: Ocra Photography


Rasanya semakin bertambah usia kenapa saya menjadi semakin takut akan resiko ya?. entah karena semakin dewasa dan banyak pertimbangan, membuat saya selalu berpikir tak hanya dua atau tiga kali untuk membuat keputusan. Atau bahkan yang paling parah adalah saya berusaha menghindar, pura-pura lupa atau mendadak amnesia akan sebuah masalah. Ketika ditanya baru pasang muka kaget dan berkata “ups lupa”. Well, damn it’s true!!.

Terkadang ingin menjadi anak-anak lagi, tanpa rasa takut bahkan menilai larangan seolah menjadi sebuah perintah. Masih ingat kata-kata orang tua saya dulu ketika kita melakukan hal yang mereka larang?. “hmmmm dipenging kok koyok dikongkon” (diperingatkan kok seperti disuruh). Tak lain tak bukan, seorang anak kecil secara psikologisnya mereka tak tahu apa resikonya, sehingga mereka tak akan mau berhenti bila mereka tak mencoba. Meskipun terkadang orang tua mereka sudah memberikan pengertian dengan pintar dan diplomatisnya, tapi anak-anak tetaplah anak-anak.

Tulisan ini boleh saja dikaitkan dengan tulisan sebelumnya, namun saya tidak memberikan embel-embel part karena memang tak ada rencana untuk itu. Saya hanya memperhatikan potret dua anak yang sedang bermain di bibir rawa-rawa diatas. Dua anak ini pasti sudah diperingatkan untuk berhati-hati dalam bermain, namun kalau kita perhatikan anak yang berbaju orange dengan santainya tengkurap dengan posisi kaki dan tangan yang sudah melebihi batas.

Mungkin mereka pada awalnya hanya bermain di pinggir, lalu salah satu melihat refleksi bayangan mereka di permukaan air, setelah itu mereka memperbandingkan rambut kuncung mereka. Percakapan kembali berlanjut dengan asyiknya tanpa sadar yang berbaju orange sudah dengan ambil posisi pewe. Lalu percakapan pun berlanjut dengan saling bertanya kenapa mereka harus hati-hati agar tidak jatuh. Lalu mereka mulai mengambil kerikil dilempar ke rawa, lalu….terserah bagaimana teman-teman mengakhiri percakapan mereka, yang pasti rasa ingin tahu mereka mengalahkan ketakutan mereka.

Semakin dewasa memang harus semakin memiliki banyak pertimbangan, namun terlalu lama mempertimbangkan tak akan membuat kita menjadi lebih bijak. Manusia memang diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna karena mempunyai akal. Namun, manusia terkadang dengan tanpa bersalah nylimur atau lari dari fakta itu. Mereka memilih tidak melihat, tidak mendengar, dan tidak menjawab akan masalah di sekitarnya. Pertanyaannya sekarang adalah, kemana keberanian itu?, Kemana rasa ingin tahu itu?, Kemana?.
Menteng,  140213, 08:10PM